Keracunan Karbonmonoksida
Kita sering mendengar terjadinya kematian di dalam mobil. Hal ini disebabkan mobil tertutup rapat, sistem pergantian udara tidak lancar, mesin mobil dalam keadaan hidup atau jalan sehingga pembuangan asap yang bocor masuk ke dalam mobil dan perlahanlahan terhirup oleh orang yang ada di dalam mobil.
Bahaya karbon monoksida dapat juga terjadi di dalam garasi yang tertutup rapat kira-kira 10 menit. Untuk mencegah terjadinya keracunan, maka semua pintu dan jendela garasi harus terbuka bila mesin mobil sedang dihidupkan.Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak mengiritasi, mudah terbakar dan sangat beracun, tetapi sangat berbahaya (beracun) maka gas CO dijuluki stebagai “silent killer” (pembunuh diam-diam).
Gas Karbon monoksida merupakan bahan yang umum ditemui di industri. Gas ini merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari kendaraan bermotor, alat pemanas, peralatan yang menggunakan bahan api berasaskan karbon dan nyala api (seperti tungku kayu), asap dari kereta api, pembakaran gas, asap tembakau. Namun sumber yang paling umum berupa residu pembakaran mesin.
Pembuangan asap mobil mengandung 9% karbon monoksida. Pada daerah yang macet tingkat bahayanya cukup tinggi terhadap kasus keracunan. Asap rokok juga mengandung gas CO, pada orang dewasa yang tidak merokok biasanya terbentuk karboksi haemoglobin tidak lebih dari 1 % tetapi pada perokok berat biasanya lebih tinggi yaitu 5 – 10 %. Pada wanita hamil yang merokok, kemungkinan dapat membahayakan janinnya.
Siapa yang beresiko keracunan karbon monoksida
- Kasus kematian akibat kebakaran gedung atau bangunan disebabkan karena keracunan CO, oleh karena itu petugas pemadam kebakaran merupakan yang beresiko tinggi mendapat keracunan CO
- Pengecat yang menggunakan cat yang mengandung metilin klorida, asapnya mudah diserap melalui paru-paru dan mudah masuk ke peredaran darah, metilin klorida ditukar ke karbon monokisida di hati.
- Perokok adalah salah satu kelompok yang beresiko keracunan CO karena asap tembakau merupakan salah satu sumber CO.
- Bayi, anak-anak dan mereka yang mengalami masalah kardiovaskuler lebih mudah beresiko keracunan karbon monoksida, walaupun pada kepekatan yang rendah.
Gejala
Gejala keracunan gas karbon monoksida didahului dengan sakit kepala, mual, muntah, rasa lelah, berkeringat banyak, pyrexia, pernafasan meningkat, confusion, gangguan penglihatan, kebingungan, hipotensi, takikardi, kehilangan kesadaran dan sakit dada mendadak juga dapat muncul pada orang yang menderita nyeri dada.
Akibat Keracunan Karbonmonoksida
Pertama, oksigen akan kalah bersaing dengan CO saat berikatan dengan molekul haemoglobin. Ini berarti kadar oksigen dalam darah akan berkurang. Padahal seperti diketahui oksigen sangat diperlukan oleh sel-sel dan jaringan tubuh untuk melakukan fungsi metabolisme.
Kedua, gas CO akan menghambat komplek oksidasi sitokrom. Hal ini menyebabkan respirasi intraseluler menjadi kurang efektif. Terakhir, CO dapat berikatan secara langsung dengan sel otot jantung dan tulang. Efek paling serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel tersebut, juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf.
Bahaya utama terhadap kesehatan adalah mengakibatkan gangguan darah, Batas pemaparan karbon monoksida yang diperbolehkan oleh OSHA (Occupational Safety and Health Administration) adalah 35 ppm untuk waktu 8 jam/hari kerja, sedangkan yang diperbolehkan oleh ACGIH TLV-TWV adalah 25 ppm untuk waktu 8 jam. Kadar yang dianggap langsung berbahaya terhadap kehidupan atau kesehatan adalah 1500 ppm (0,15%). Paparan dari 1000 ppm (0,1%) selama beberapa menit dapat menyebabkan 50% kejenuhan dari karboksi hemoglobin dan dapat berakibat fatal.
Kematian akibat keracunan karbon monoksida disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat seluler (seluler hypoxia). Sel darah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain. Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida (CO) dari pada oksigen (O2). Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan berikatan dengan Haemoglobin (Hb) dalam darah membentuk Karboksihaemoglobin sehingga oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu aktifitas seluler lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Efek paling serius adalah terjadi keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung, juga menyebabkan gangguan pada sistem saraf.
Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB).
Pengobatan keracunan CO dengan terapi oksigen hiperbarik (TOHB) didasarkan pada teori bahwa oksigen kompetitif menggantikan CO dari hemoglobin. Menghirup udara ruangan, memakan waktu sekitar 300 menit, sedangkan pada masker oksigen 100% nonrebreather, sekitar 90 menit, dengan TOHB, waktu yang dibutuhkan menjadi 32 menit. TOHB mengembalikan sitokrom oksidase Aa3 / C dan membantu untuk mencegah peroksidasi lipid. TOHB juga digunakan untuk membantu mencegah gejala sisa neurologis tertunda.
TOHB diutamakan bagi mereka yang datang dengan morbiditas dan risiko kematian yang mencakup kehamilan dan disfungsi kardiovaskular dan mereka yang memanifestasikan tanda-tanda keracunan yang serius, seperti tidak sadarkan diri (tidak peduli berapa lama), tanda-tanda neurologis, atau asidosis berat.
Perempuan hamil sering memiliki tingkat CO yang 10-15% lebih rendah dari janin. Hb janin tidak hanya memiliki afinitas/daya ikat yang lebih tinggi untuk CO tetapi juga memiliki kurva disosiasi oksigen bergeser ke kiri dibandingkan dengan hemoglobin dewasa. Pergeseran ini menyebabkan peningkatan afinitas hemoglobin terhadap oksigen. Akibatnya uptake oksigen dalam paru-paru meningkat, tetapi pelepasan oksigen ke jaringan-jaringan terganggu sehingga memungkinkan terjadinya hipoksia. Pada ibu hamil, paparan CO menyebabkan pergeseran lebih jauh ke kiri, dalam hemoglobin dewasa dan janin, sehingga menyebabkan penurunan pelepasan oksigen dari darah ibu ke darah janin dan dari darah janin ke jaringan janin. Pasien hamil dengan CO-Hb tingkat lebih besar dari 10% harus ditangani dengan terapi oksigen hiperbarik (TOHB).
Pastikan untuk meminta dokter Anda merujuk ke klinik hiperbarik, jika itu bisa menjadi solusi yang tepat untuk Anda. Terapi oksigen hiperbarik, memberi harapan hidup, meningkatkan kualitas kesehatan Anda.