Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) Pada Autism :(Studi Kasus)
Dear parents,
Kami melaporkan studi kasus seorang pasien laki-laki usia 2 tahun 7 bulan dengan autism spectrum disorder(ASD). Pasien diketahui menderita ASD sejak usia 15 bulan, pertama kali didiagnosis oleh psikolog. Gejala awal yang ditemui sebelum diketahui ASD adalah hambatan bersosialisasi, gangguan pola tidur dan telat wicara. Pasien dirawat oleh psikiater anak dan dirujuk untuk menjalani TOHB. Pasien menjalani TOHB sebanyak 40 sesi dengan kedalaman 5 meter selama 1 jam.
Kami mengevaluasi perkembangan selama terapi 40 sesi terapi. Area perkembangan yang kami evaluasi adalah sosialisasi, komunikasi, pola makan, pola tidur, pola buang air besar / buang air kecil, tingkah laku dan bahasa. Skor yang tertera pada tabel merupakan persentase pencapaian nilai maksimal dari butir pertanyaan kuisioner yang kami berikan pada saat sebelum TOHB, paska TOHB ke 10 dan 30.
Hasil kajian kasus
Aspek | Sebelum TOHB | TOHB 10 | TOHB 30 |
Sosialisasi | 76,67 | 53,3 | 56,67 |
Komunikasi | 80 | 57,14 | 62,85 |
Pola Makan | 92 | 60 | 68 |
Pola Tidur | 70 | 73,3 | 83,3 |
Pola BAB/BAK | 56 | 44 | 52 |
Tingkah Laku | 30 | 55 | 50 |
Bahasa | 20 | 20 | 20 |
Pembahasan
Indikasi kasus ASD menggunakan TOHB belum disetujui oleh FDA (badan POM AS). Meski demikian terdapat celah mekanisme TOHB yang terbukti merubah konsentrasi oksigen didalam jaringan otak menjadi lebih tinggi setelah TOHB.
Dari table diatas terdapat perbaikan skor pada aspek pola tidur (70 ke 83,3), aspek tingkah laku (30 ke 50), sebaliknya terjadi penurunan skor pada aspek sosialisasi (76,67 ke 56,67), komunikasi (80 ke 62,85), pola makan (92 ke 68). Sedangkan aspek pola BAB/BAK dan bahasa relative stabil.
Penurunan skor tidak bisa diartikan bahwa pasien mengalami perburukan area tersebut. Beberapa kemungkinan yang menjadi alasan adalah pemberian oksigen dijaringan otak mampu ‘menyegarkan’ kembali sel-sel otak yang hipoksia relative. Bagian sel-sel otak yang segar kembali tersebut segera direspon oleh anak sesuai aspek yang semula ‘tertahan’ karena hipoksia menjadi ‘terstimulasi’ kembali. Pada anak dengan usia 2,5 tahun perkembangan kemampuan otak masuk dalam golden periode dan kemampuan untuk menyeimbangkan fungsi-fungsinya mengalami ‘turbulensi’ dengan adanya oksigen dalam otak. Perhatian dan konsentrasi beralih pada area yang segar tersebut dengan meninggalkan aspek-aspek yang sebelumnya memang memiliki skor tinggi.
Kesimpulan
TOHB merupakan salah satu terapi suportif yang menunjukkan manfaat pada area pola tidur dan tingkah laku, namun studi ini merupakan analisa satu kasus, sehingga diperlukan penelitian dengan multiple cases.
Aspek komunikasi dan sosialisasi tidak boleh mengandalkan TOHB saja, perlu terapi pendamping yang dilakukan bersamaan seperti terapi wicara, terapi perilaku.
Secara kuantitatif terjadi penurunan pola makan, namun dari hasil pengamatan kualitatif, terjadi pergeseran jam makan dan keinginan anak mencoba jenis makanan baru. Untuk kasus ini perlu dilakukan pemeriksaan apakah perlu pembatasan jenis makanan terkait alergi makanan (glutein-free, carbohydrate-free dsb). (dr. E. Hagni Wardoyo)